Stunting dan Penyakit Tak Menular Jadi Masalah Serius bagi Masyarakat Indonesia

Upaya peningkatan status gizi masyarakat termasuk penurunan prevalensi balita pendek menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional yang tercantum di dalam sasaran pokok Rencana Pembangunan jangka Menengah Tahun 2015 – 2019.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendefinisikan anak balita yang disebut pendek atau stunting jika nilai z-score tinggi badan menurut umur kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD (severely stunted).
madu anak vitabumin Menurut Masdum Ibrahim MKep dari Bidang Pendidikan dan Pelatihan DPD PPNI Kota Bandung, diperkirakan terdapat 162 juta balita pendek tahun 2012 di seluruh dunia. Sebanyak 56 persen anak pendek hidup di Asia dan 36 persen di Afrika.
"Riset Kesehatan Dasar 2013 mencatat prevalensi stunting Indonesia mencapai 37,2% meningkat dari tahun 2010 (35,6 persen) dan 2007 (36,8 persen)," kata Masdum di sela Seminar Top 5 Challenges and Opportunities for Healthcare yang digelar di Auditorium Direktorat Poltekkes Kemenkes Bandung, Jalan Pajajaran No 56 Bandung, Minggu (17/2/2019).

https://www.lastabumin.com/

Masdum menjelaskan bahwa menurut WHO, prevalensi balita pendek menjadi masalah kesehatan jika prevalensinya 20 persen. Dari data yang ada mengenai stunting di Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa anak-anak di Indonesia dengan stunting masih tinggi.
Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah Indonesia dalam mengatasi masalah stunting yaitu dengan Gerakan Masyarakat atau yang lebih dikenal dengan Germas. Tujuannya adalah memunculkan kesadaran pada masyarakat dalam mencegah penyakit.
"Makanya penting sekali mengedukasi masyarakat agar berperilaku sehat, membiasakan hidup sehat, dan memberikan tanggung jawab menjaga diri sendiri, keluarga, dan lingkungannya untuk hidup sehat melalui upaya preventif dan promotif. Karena sehat adalah milik kita, tidak pandang usia, sehingga pada setiap tahapan siklus hidupnya sejak usia dini hingga lanjut usia harus cinta sehat," ujarnya.
Masa pertumbuhan anak merupakan satu masa yang menuntut orang tua harus dengan benar memperhatikan asupan gizi yang diterima oleh anak. Konsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman juga dapat memenuhi kecukupan gizi individu untuk tumbuh dan berkembang, salah satunya asupan sayur dan buah.
Sayuran dan buah-buahan, kata Masdum, merupakan sumber berbagai vitamin, mineral dan serat pangan yang berfungsi sebagai antioksidan atau penangkal senyawa jahat dalam tubuh serta mencegah kerusakan sel.
Menurut pria yang juga sebagai Wakil Ketua Seminar Top 5 Challenges and Opportunities for Healthcare, saat ini, Indonesia tengah menghadapi tantangan besar yakni masalah kesehatan triple burden, karena masih adanya penyakit infeksi, meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) dan penyakit-penyakit yang seharusnya sudah teratasi tapi muncul kembali.
Pada era 1990, penyakit menular seperti ISPA, Tuberkulosis dan Diare merupakan penyakit terbanyak dalam pelayanan kesehatan. Namun, perubahan gaya hidup masyarakat menjadi salah satu penyebab terjadinya pergeseran pola penyakit (transisi epidemiologi).
"Tahun 2015, PTM seperti stroke, penyakit jantung koroner (PJK), kanker dan diabetes justru menduduki peringkat tertinggi," katanya.